Sidoarjo | KompakNews – Pecahnya gerbong Organisasi Komunitas Purna bakti Mantan Kepala desa Seluruh Indonesia (Kompakdesi) dalam memberikan dukungan suara pada Pemilihan umum (Pemilu) 14 februari 2024 lalu, Dewan Pimpinan Daerah (DPD)Jawa Timur, melaksanakan pertemuan koonsolidasi dengan beberapa perwakilan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten di Joesam cafe & eatery, Mancilan, Mojoagung, Jombang, Sabtu (9/3/2024).
Dalam acara yang dihadiri pengurus DPD Kompakdesi dan 9 perwakilan DPC Kabupaten yang ada di Jatim, yakni Jombang,Nganjuk, Malang, Blitar, Ngawi, Lamongan, Gresik, Mojokerto dan Sidoarjo tersebut, bertujuan melakukan islah untuk kembali ke marwah Organisasi Kompakdesi sebagai wadah silahturahmi dan pemberdayaan para mantan Kades,”terang Heru Sulton, Dewan Pertimbangan DPD Kompakdesi Jatim.
“Pasca kontestasi Pemilu pada 14 februari lalu, kita dari masing-masih individu maupun kelembagaan di DPD dan DPC, memiliki tujuan dan pandangan politik yang beragam.
Untuk itu, kita harus kembali kepada tujuan utama dari Kompakdesi sesuai Ad/ART Organisasi, yakni sebagai wadah silaturahmi antar mantan Kepala desa.
” Islah menjadi langkah tepat untuk kembali kerumah besar Organisasi Kompakdesi. Ibaratnya kita berada di sebuah kapal besar, namun pada Pemilu kemarin kita terpecah berafiliasi dengan masing-masing kelompok pendukung Pasangan capres-cawapres, salah satunya Gerakan Masyarakat Desa (Gema Desa). Disitulah pentingnya islah sebagai upaya menyatukan kembali kebhinekaan sebagai landasan Organisasi Kompakdesi,”ungkapnya.
Sedikit berbeda dengan pandangan Sigit Wicaksono, bendahara umum DPD Kompakdesi Jatim. Gema Desa sebagai alat politik Paslon hanya memanfaatkan Kompakdesi menjadi salah satu komponen pemenangan paslon capres-cawapres saja.
“Kompakdesi adalah wadah besar, namun hanya dimanfaaatkan oleh kepentingan politik tanpa bisa bersikap untuk memberikan bargaining.
” Tentunya kejadian pada pemilu kemarin sangat mengecewakan bagi sebagian besar anggota Kompakdesi Jatim.
Karena efek positif tidak berdampak signifikan terhadap organisasi. Malah cenderung tanpa ada nilai tawar,”urainya.
Hal ini harus menjadi evaluasi bagi pengurus Kompakdesi, mulai DPD hingga DPC yang ada di Jawa Timur. Karena kedepan, kita akan menghadapi momentum politik Pilkada serempak, Pimilihan Gubernur dan Bupati.
Ini wajib kita manfaatkan dengan baik dan penuh perhitungan. Bukan hanya sebagai pelengkap pendulang suara saja”imbuhnya.
Sementara itu, menanggapi kondisi Kompakdesi pasca pemilu, Sunarta, Sekretaris DPD Kompakdesi Jatim merasa prihatin.
Diakuinya, dampak pemilu kemarin menimbulkan perbedaan pandangan di internal Kompakdesi secara umum. Kita benar-benar terpecah sehingga memunculkan perbedaan pandangan politik yang membuat situasi sedikit meruncing.
“Kita benar-benar dihajar dengan situasi politik saat itu, hingga diantara kita terpecah belah,”jelasnya.
Untuk itu, saya mewakili ketua umum Kompakdesi DPD Jawa Timur berharap pada pertemuan siang ini, dapat kita jadikan momentum melakukan evaluasi bersama untuk bekal kembali pulang kerumah besar kita Kompakdesi sebagai wadah silaturahmi,” pungkasnya. (Fh)